Kamis, 13 Maret 2014

The Perfect Transformation

Postingan kali ini mungkin agak sedikit menceritakan tentang pencapaian pribadi. Tidak bermaksud untuk menyombongkan diri, hanya untuk sharing dan berbagi. Toh, apa gunanya kita sombong dan besar kepala, sementara semua ini hanyalah karena kemurahan dan Pencipta semata. Saya juga memahami bahwa semua ini hanyalah titipan, yang kapanpun dapat diambil kembali oleh pemiliknya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan doa dan bantuan pembaca sekalian agar saya diberikan kemampuan untuk menjaga amanah ini dengan tetap menjadi pribadi yang rendah hati, down to earth¸dan being humble sebagaimana saya menamakan blog kecil ini dengan nama humbleisbeauty.blogspot.com.

Fresh Graduate, awal perjuangan
Tidak lama setelah menamatkan studi di salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara, layaknya para fresh graduate lainnya, saya mencoba mengadu peruntungan sebagai job seeker untuk mencari pekerjaan yang tetap dan layak. Syukur-syukur bisa bekerja di perusahaan swasta bonafid atau akan lebih baik lagi bila bisa menjadi karyawan di perusahaan BUMN bonafid,  let say Pertamina, Telkom, PLN, dan kolega-koleganya.
Mulanya saya tidak memiliki rasa kekhawatiran yang berarti dalam menghadapi persaingan dalam mencari pekerjaan. Sama sekali juga bukan untuk menyombongkan diri, tetapi saya paham dan mengerti persyaratan dan kualifikasi yang diinginkan perusahaan. Karena itu, semasa studi saya  telah mempersiapkan segalanya dengan sebaik mungkin tentang apa yang dibutuhkan, mulai dari kemampuan bahasa Inggris, pengalaman organisasi, indeks prestasi, penghargaan dan prestasi, serta seminar, workshop dan kompetisi yang pernah diikuti.
Namun kenyataannya diluar sungguh diluar perkiraan. After 3 months struggling saya masih belum bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan saya “impikan”. Pepatah mengatakan “man proposed but God disposed” atau dalam bahasa latinnya “homo proponit sed deus disponit” terbukti benar adanya. Kita hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan. Sebaik apapun persiapan yang kita lakukan, kalaulah Tuhan belum berkendak, maka itu tetaplah bukan rezeki kita. Beruntung saat itu saya masih bisa membiayai kehidupan sendiri, tanpa harus meminta kepada keluarga. Tentu sangat lucu, bila selama perkuliahan saya mampu membiayai kehidupan sendiri, namun seusai studi saya kepada keluarga atau orang tua saya menggantungkan hidup kembali.
Sembari tetap terus struggling untuk mencari pekerjaan seperti yang dicitakan, saya mendapatkan tawaran untuk menjadi tenaga pengajar di salah satu universitas swasta dan berencana membiayai studi saya ke jenjang lebih tinggi/master degree. Tentu saja tawaran ini tidak saya tolak, toh menjadi seorang dosen juga merupakan impian yang terpendam.

Job Seeker to Scholarship hunter
Seiring mencuatnya asa untuk menjadi dosen, kemudian saya mengalihkan fokus dari job seeker menjadi scholarship hunter. Tak tanggung-tangung negeri Paman Sam atau lebih dikenal dengan USA menjadi target utama. Fulbright Scholarship and how to win this very prestigious scholarship menjadi pikiran di dalam benak setiap hari. Berbagai persiapan diusahakan demi mendapatkan beasiswa bergengsi itu, mulai dari persiapan TOEFL,   kelengkapan dokumen dan juga bagian yang paling penting how to make a very impressive statement of purposes (SOP).
Usai mengirimkan aplikasi beasiswa ke benua Amerika, saya tetap menjaga semangat dan passion sebagai scholarship hunter. Ini penting sekali, sebagaimana teori inersia-nya Newton yang mengatakan bahwa segala sesuatu akan cenderung mempertahankan kelembamannya. Prinsip ini tidak hanya berlaku pada gerak fisik semata, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam bentuk lain, menjaga semangat contohnya. Mumpung semangat masih menggebu-gebu, maka saya memutuskan untuk tetap bergelut di dunia scholarship hunter. Beruntung sekali, kala itu pemerintah Australia bermurah hati menawarkan salah satu beasiswa bergengsi di dunia yaitu Australia Awards Scholarship (AAS) atau yang biasa dikenal dengan nama Australia Development Scholarship (ADS).
Perjuangan saya di beasiswa AAS memang lebih mudah dibandingkan dengan yang sebelumnya.  Sederhana saja, karena semua persyaratan sudah saya penuhi ketika hendak melamar beasiswa ke USA. Praktis yang perlu saya persiapkan adalah bagaimana membuat applikasi yang kuat, utuh, komprehensif serta memiliki nilai jual tinggi, bukan sekedar aplikasi yang hanya sekedar lewat di meja juri. kenyataannya membuat itu tidaklah mudah, perlu waktu lebih kurang 4 bulan bagi saya untuk mengisi aplikasi yang hanya berisi 4 pertanyaan inti tersebut.

“The Galau” Time
After submitting application, so what next? Jawabannya sederhana “Galau”. Ya, benar itulah apa yang saya rasakan ketika menunggu pengumuman. Namun saya tetap optimis, segala sesuatu yang dipersiapkan dengan baik, pasti menuai hasil yang baik. Saya yakin bahwa Allah tidak pernah tidur dan selalu memperhatikan hamba-Nya yang serius dan giat berusaha. Itulah keyakinan yang kemudian saya tanamkan dalam hati. Dalam setiap kesempatan saya selalu menitipkan doa kepada sang Rabbi untuk memudahkan jalan belajar ke luar negeri.
Sekitar pertengahan bulan Juli, saya tersentak ketika membaca salah satu artikel di dunia maya yang membahas tentang panggilan wawancara Fulbright Scholarship. Kegalauan hati pun semakin menjadi-jadi karena saat itu saya tidak mendapatkan konfirmasi dari pemberi beasiswa, apakah aplikasi saya diterima atau ditolak. Idealnya panitia akan memberikan informasi terkait status lamaran kita. Kegalauan pun semakin menggelora, disebabkan tiadanya kabar berita. Namun tetap saja hati masih berharap, kalau aplikasiku akan terjawab (baca : lulus).
Hingga akhir Agustus saya masih belum mendapatkan kabar berita dari panitia Fulbright scholarship. Saya pun menyadari, tidak mungkin lagi saya   dipanggil untuk seleksi. Tetapi batin selalu bertanya mengapa panitia tidak memberikan informasi. Pernah terbersit pemikiran, seperti halnya si Ikal (tokoh dalam novel laskar pelangi) yang menyangsikan kredibilitas jasa pos. mungkin benar, bahwa jangan-jangan applikasi saya tidak pernah kesampaian kepada panitia ataupun lebih buruk lagi balasan dari panitia tidak sampai kepada saya. Lagi-lagi, galau!

USA comes to AUS
Pertengahan November 2013 menjadi titik balik kegalauan saya. What a very good news, Alhamdulillah applikasi beasiswa Australia saya terpilih menjadi shortlisted penerima beasiswa AAS dan berhak mengikuti tes IELTS dan wawancara di pertengahan Januari 2014. Semangat saya yang sempat surut muncul kembali. Tersedia waktu lebih kurang dua bulan untuk mempersiapkan segalanya. Apa yang saya lakukan  kemudian adalah belajar lebih giat lagi, riset lebih dalam lagi dan latihan lebih keras lagi dan tentu saja do’a dan ibadah yang lebih banyak lagi. Saya sangat bersyukur kepada Allah swt, karena saya bertemu dengan beberapa orang yang tepat dan sangat membantu saya dalam mempersiapkan itu semua.
 Pertengahan Januari 2014 merupakan salah satu momen bersejarah dalam hidup. Betapa tidak, menjadi peserta interview seleksi beasiswa sekelas AAS dan test IELTS are cool and extra ordinary experience man! Bagi saya, bisa mencapai tahap itu adalah sebuah pencapaian besar. Saya tidak terlalu memikirkan apa hasil di kemudian hari, karena yang terpenting saya telah memberikan yang terbaik untuk semua ini. I had done my best, and let Allah do the rest. tinggal berdoa dan berharap yang terbaik. Apapun hasilnya, insya Allah saya ikhlas dan yakin rencana indah Allah akan ada dibalik semua itu.
Awal februari 2014 merupakan awal baru dari akhir kurang lebih setahun perjuangan dan penantian. Tepat pada tanggal 5 Februari  2014, saya memperoleh email dari pihak panitia beasiswa AAS. “Congratulation! On behalf of the Australian Government I am delighted to offer you an Australia Awards Scholarship”. Demikian isi opening paragraph dari email tersebut yang berarti saya terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa AAS.  Sujud syukur langsung saya lakukan atas kemurahan, kasih sayang yang nikmat yang diberikan Allah SWT. Tak lupa saya memberikan kabar gembira ini kepada orangtua tercinta, keluarga, rekan dan sahabat serta orang-orang yang telah membantu saya dalam mewujudkan mimpi ini.

It’s just still the beginning for the next step!
Saya mengatakan hal itu merupakan awal baru dari sebuah perjuangan dan bukan akhir dari sebuah penantian. It’s just still the beginning for the next step. Masih ada beberapa tahapan yang harus saya lalui sebelum terbang ke Australia. Salah satunya adalah predeparture training (PDT) yang insya allah akan berlangsung selama 4.5 bulan di Jakarta. Selain itu, saya juga harus memenuhi syarat keberangkatan seperti skor IELTS seperti yang disyaratkan institusi dan visa tentunya. Oleh karena itu, doa dan bantuan dari para pembaca sekalian sangat saya butuhkan, agar semuanya berjalan sesuai dengan harapan. Amin.
How about Fulbright scholarship? USA? Hingga saat saya dinyatakan terpilih sebagai penerima beasiswa AAS saya masih belum mendapatkan konfirmasi tentang status aplikasi beasiswa Fulbright, apakah diterima, ditolak, atau memang aplikasi itu tidak pernah sampai ke panitia. Saya telah mengikhlaskan semua itu, toh saya masih berkesempatan belajar di negeri kanguru. The transformation works perfectly, when the north changes to the south, USA to AUS. The Same letter, different order.
Untuk para pembaca sekalian, terutama sekali yang masih berjuang memperoleh gelar sarjana. Sedikit saran dari saya, persiapkanlah diri kalian dengan sebaik-baiknya. Persaingan dan tantangan kita nanti akan semakin berat. Apalagi menghadapi Asean Economic Community (AEC 2015) yang akan dimulai Januari nanti. Persaingan semakin tinggi, kompetitor  bukan hanya saja dari dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Maka dari itu persiapkan diri sebaik-sebaiknya, terutama kemampuan bahasa Inggris yang menjadi kunci utama.

3 komentar:

  1. Semangat Ami! You are truly inspiring man. Semoga bisa mengikuti jejak ke luar negeri :)

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas kunjungannya mba Keu.
    Amin ya rabbal'alamin. Smoga sukses dalam pengusahaannya nya ya Mba Keu. :)

    BalasHapus
  3. Semangaaaat...Aku ikut mendokan semoga mimpi-mimpinya dikabulkan. :D

    BalasHapus